Selasa, 14 Agustus 2012

Bagaimana Astronom Profesional Bekerja?



Jawaban singkatnya, kerja seorang astronom sebenarnya sama saja dengan pekerjaan di bidang lainnya. Apabila yang dimaksud profesional astronomi adalah dengan berkontribusi pada penelitian/pendidikan astronomi , baik melalui mencoba mencari temuan baru, atau kontribusi ilmiah semacamnya, dan itu adalah dilakukan sebagai pekerjaan utama (profesi). Itu yang membedakan dengan non-profesional, akan tetapi di astronomi batasan profesional/amatir itu sangat tipis, karena dua-duanya bisa berkontribusi nyata pada temuan-temuan baru di astronomi.
Tapi mari kita coba kenali lebih jauh bagaimana astronom profesional bekerja.
Astronom adalah seseorang yang mempelajari benda-benda langit. Dan untuk masa sekarang astronom profesional adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan astronomi ataupun fisika yang bekerja di institusi astronomi sebagai peneliti dll. Nah, kerja seorang astronom profesional kurang lebih sama dengan pekerjaan lainnya. Ada jam kantor (walaupun cukup fleksibel), ada bos, ada gaji, ada target baik jangka pendek (walaupun kadang ditentukan sendiri) maupun jangka panjang (ini biasanya ditentukan bos), ada meja kerja, ada komputer, ada internet kecepatan tinggi, ada alat kantor dan printer, dan ada rehat kopi.
Siklus kerja seorang astronom profesional terkadang dapat dibagi menjadi empat bagian yang jelas:
  1. Menulis proposal dan mencari dana,
  2. Mengambil data,
  3. Mengolah dan menganalisis data,
  4. Menulis paper dan konferensi.
Ketika seorang astronom menemui persoalan yang ingin ia selesaikan, ia lalu mengajukan satu atau dua solusi yang kemudian ia ungkapkan dalam sebuah proposal penelitian. Proposal penelitian ini biasanya ada dua macam: proposal untuk mencari dana penelitian dan proposal untuk menggunakan teleskop/instrumen pengamatan.
Menulis proposal dan mencari dana
Dalam proposal pencarian dana, seorang astronom harus mampu menjelaskan mengapa persoalan ini pantas dijawab, apa pentingnya, dan bagaimana jawaban atas persoalan ini dapat berkontribusi pada ilmu pengetahuan. Proposal ini biasanya diajukan kepada lembaga pendonor (biasanya badan pemerintahan) atau pihak swasta (umumnya yayasan milik perusahaan besar). Selain itu astronom biasanya juga harus menjabarkan berapa tenaga kerja (berapa mahasiswa, postdoc, dll.) dan prasarana yang dibutuhkan (apakah perlu supercomputer, percobaan, teleskop, ataukah hanya kertas dan pinsil saja) untuk menjawa persoalan ini.
Bila astronom membutuhkan teleskop untuk mengambil data yang dibutuhkan, maka dalam proposal pengamatan ini astronom harus dapat menjelaskan
  1. Mengapa ia membutuhkan kapabilitas teleskop tersebut. Misalnya, bila ingin mengamat dengan Teleskop Hubble, mengapa harus pakai Hubble dan apakah tidak bisa pakai teleskop lain saja? Atau bila ingin mengamat dengan telesckop Keck, kenapa harus pakai teleskop Keck dan tidak pakai Subaru saja, dll.
  2. Perlukah ia mengambil data baru, atau bisakah dicari dari arsip citra yang sudah diambil oleh teleskop tersebut? Kedua pertanyaan ini penting untuk dijawab karena yang ingin mengamat lebih banyak daripada waktu pengamatan yang tersedia. Oleh karena proposal yang ada harus diseleksi dari segi pentingnya pada ilmu pengetahuan dan juga pemanfaatan kemampuan teleskop tersebut secara maksimal.
Mengambil data
Setelah astronom memperoleh dana untuk melangsungkan penelitiannya dan memperoleh persetujuan observatorium yang disasarnya untuk mengamat, mulailah ia mempersiapkan diri untuk pengamatan. Jadwal mengamat yang diberikan observatorium pada umumnya sudah pasti dan tidak boleh diganggu-gugat, karena banyak orang pada mengantri mau mengamat. Bila kita sudah diberi jadwal dari tanggal A sampai B maka kita harus datang pada tanggal A dan sudah harus angkat kaki pada tanggal B. Kalau kita masih nongkrong pada tanggal B maka sudah pasti akan diamuk oleh astronom lain yang sudah mau ambil data mulai dari tanggal B. Oleh karena itu harus disiplin.
Persiapan pengambilan ini ada dua aspek: Mengenal instrumen dan teleskop yang akan digunakan, dan juga mempersiapkan badan agar terbiasa dengan kondisi observatorium. Observatorium seringkali terletak di tempat yang jauh dari pemukiman manusia dan di tempat yang cukup ekstrim: Di puncak gunung tinggi, di tengah gurun pasir yang kering, atau bahkan di tengah padang es Kutub Selatan. Badan harus mulai dibiasakan dan kesehatan harus dijaga.
Apabila kita sendiri yang akan mengambil data, maka kita harus mengenal instrumen dan teleskop dengan cara membaca-baca buku panduan yang diberikan dan berkomunikasi dengan astronom tetap observatorium. Astronom tetap, biasa disebut resident astronomer, adalah astronom yang memang nongkrong tiap hari di observatorium untuk melakukan perawatan instrumen, pemasangan alat-alat baru, dan lain-lain.
Akhir-akhir ini, dengan semakin rumitnya instrumen dan metode pengamatan, maka kurva belajar (learning curve) semakin terjal dan menyulitkan astronom baru untuk mempelajari instrumen dalam waktu singkat. Hanya yang paling berpengalaman saja yang mampu mengambil data secara maksimal. Siapa lagi yang paling tahu instrumen sebuah obsevatorium luar-dalam selain astronom tetap? Oleh karena itu, sekarang banyak observatorium yang data-nya diambil oleh astronom tetap lalu kemudian diberikan kepada astronom peminta data.
Aspek lain adalah, dengan semakin cepatnya koneksi internet, sekarang sudah memungkinkan untuk melakukan pengamatan jarak jauh. Astronom pelamar cukup punya koneksi internet dan ia dapat mengontrol teleskop observatorium dari rumahnya.
Jadi, di kemudian hari, bukan tidak mungkin astronom tidak perlu pergi ke observatorium untuk mengambil data secara pribadi, namun dapat diambilkan oleh astronom tetap, atau ia dapat mengambil data langsung dari rumahnya.
Mengolah dan menganalisis data
Bagian ini biasanya dilakukan di institut tempat si astronom bekerja. Data yang sudah diambil seringkali masih mentah dan masih mengandung derau. Data tersebut kemudian harus diolah untuk menghilangkan derau. Setelah itu data tersebut harus dianalisis dan dibuat interpretasi akan gejala yang diamati. Analisis ini biasanya menggunakan statistika dan perangkat analisis lainnya, dan juga harus banyak membaca-baca literatur untuk perbandingan.
Menulis paper dan konferensi
Setelah data sudah dianalisis dan sudah ditarik kesimpulan akan apa yang bisa kita pelajari dari data tersebut, maka astronom mulai menulis sebuah paper untuk menjelaskan motivasinya, proses pengambilan data, proses analisis, dan kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian ini. Astronom juga memberikan saran tentang apa yang bisa dilakukan selanjutnya. Paper ini kemudian diserahkan kepada jurnal ilmiah yang menggunakan proses penilaian sejawat (peer review), sehingga rekan-rekan si astronom bisa mengevaluasi apakah pekerjaan si astronom sudah baik.
Selain komunikasi tertulis lewat jurnal, astronom juga sering mengkomunikasikan penelitiannya dalam konferensi ilmiah. Dalam konferensi ini berkumpul sejawat-sejawat yang sebidang. Sebagaimana dalam pekerjaan lainnya, pertemuan ini juga bisa dimanfaatkan untuk membangun jaringan kerja (networking) dan mencari jodoh (kalau memang tertarik).
Demikianlah kira-kira pola kerja seorang astronom. Hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam astronomi profesional tak jauh berbeda dengan profesionalitas ilmu pengetahuan lainnya: Kesediaan untuk berpikir dalam pengambilan keputusan. Di dalam astronomi profesional sangat jarang sekali ada aspek kerja yang tidak membutuhkan pikiran, atau yang hanya berdasarkan rutinitas saja. Lebih banyak kerja mental daripada kerja fisik (kecuali kalau lagi mengamat di observatorium, mungkin badan harus fit dan harus rajin jogging).
Hal-hal lain yang membedakan bekerja di akademia (sains pada umumnya) dengan bidang pekerjaan lain adalah:
  1. Jam kerja fleksibel. Pada umumnya kita terikat jam kerja 40 jam seminggu, namun kita tidak terikat jam kantor jam 9 sampai jam 17. Boleh datang semaunya dan pulang sesuka hati, asalkan target terpenuhi.
  2. Suasana kerja informal. Institut ilmiah pada umumnya tidak punya dress code yang baku dan orang boleh datang ke kantor dengan memakai kaus, celana pendek, atau sandal. Meja kerja pun tidak perlu rapi.
  3. Pada intinya institusi ilmiah memberikan lebih banyak kebebasan individual untuk mengoptimalkan proses berpikir dalam rangka menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Terlampir bisa dilihat contoh suasana kerja seorang astronom yang boleh dibilang cukup profesional.

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons